Jambu biji mengandung berbagai zat gizi yang dapat digunakan sebagai obat untuk kesehatan.
Kandungan
vitamin C jambu biji dua kali lipat jeruk manis yang hanya 49 mg per
100 g buah. Vitamin C itu terkonsentrasi pada kulit dan daging bagian
luarnya yang lunak dan tebal. Kandungan vitamin C jambu biji memuncak
saat menjelang matang. Jambu biji sering kita makan tetapi tidak tau
kandungan yang terdapat didalam buah tersbut, maka dari itu anda perlu
tahu betapa bermanfaat jambu biji bagi kesehatan tubuh seperti dibawah
ini.
Berikut ini adalah beberapa manfaat-manfaat jambu biji seperti dibawah ini :
1. Penguat jantung, membantu sistem pencernaan, dan anti kanker
Jus
jambu biji 200 ml Jus apel 400 ml Jus melon 200 ml Madu murni 100 cc
Blender semua bahan sampai halus kemudian simpan di lemari pendingin.
Minum secara teratur setiap pagi dan sore masing-masing 300 cc.
2. Demam berdarah dengue (DBD)
Ramuan
1: Jambu biji matang dan mengkal 3 buah dicuci bersih. Jambu yang sudah
matang diblender sampai halus lalu disaring sehingga diperoleh jus
jambu biji.
Jus
jambu biji diminum tiga kali sehari sampai DBD sembuh. Buah yang
mengkal dimakan langsung bersama kulitnya. Biji buah tidak perlu ikut
dimakan.
3. Diare
Ramuan 1: Daun jambu biji 30 gr ditambah segenggam tepung beras direbus dengan 1-2 gelas air. Larutan diminum 2 kali sehari.
Ramuan 2: Tiga lembar daun jambu biji muda segar dikunyah dengan sedikit garam, lalu ditelan. Lakukan sehari 2 kali.
4. Maag
Delapan helai daun jambu biji dicuci, rebus dengan 1,5 liter air. Minum 3 kali sehari.
5. Disentri
Siapkan
akar daun jambu biji secukupnya dan daun jambu 10 lembar. Potong-potong
akar dan daun, cuci bersih, lalu rebus dengan air secukupnya selama 20
menit pada suhu 90 derajat Celsius. Saring air rebusan lalu minum
secukupnya secara teratur sampai keluhan hilang.
6. Keputihan
Dua
genggam daun jambu biji muda dan 7 helai daun sirih dicuci, rebus
dengan segelas air, saring. Tunggu agak dingin lalu minum. Cukup untuk
diminum 2 kali sehari.
itulah beberapa manfaat khasiat daun jambu biji untuk
kesehatan tubuh yang perlu diketahui untuk kesehatan tradisional alami
yang sangat berguna buat kita semua agar selalu hidup sehat dengan alami
dan tapil burgar.
kesehatan
Minggu, 16 Maret 2014
sejarah obat dan farmakologi
Kebanyakan obat yang digunakan dimasa lampau adalah obat yang berasal dari tanaman. Dengan cara mencoba–coba, secara empiris orang purba mendapatkan pengalaman dengan berbagai macam daun atau akar tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit. Pengetahuan ini secara turun temurun disimpan dan dikembangkan, sehingga muncul ilmu pengobatan rakyat, sebagaimana pengobatan tradisional jamu di Indonesia.
Obat yang pertama digunakan adalah obat yang berasal dari tanaman yang di kenal dengan sebutan obat tradisional (jamu). Obat-obat nabati ini di gunakan sebagai rebusan atau ekstrak dengan aktivitas yang seringkali berbeda-beda tergantung dari asal tanaman dan cara pembuatannya.
Hal ini dianggap kurang memuaskan, maka lambat laun ahli-ahli kimia mulai mencoba mengisolasi zat-zat aktif yang terkandung dalam tanaman – tanaman sehingga menghasilkan serangkaian zat – zat kimia sebagai obat misalnya efedrin dari tanaman Ephedra vulgaris , atropin dari Atropa belladonna, morfin dari Papaver somniferium, digoksin dari Digitalis lanata, reserpin dari Rauwolfia serpentina, vinblastin dan Vinkristin adalah obat kanker dari Vinca Rosea.
Pada permulaan abad XX mulailah dibuat obat – obat sintesis, misalnya asetosal, di susul kemudian dengan sejumlah zat-zat lainnya. Pendobrakan sejati baru tercapai dengan penemuan dan penggunaan obat-obat kemoterapeutik sulfanilamid (1935) dan penisillin (1940). Sejak tahun 1945 ilmu kimia, fisika dan kedokteran berkembang dengan pesat dan hal ini menguntungkan sekali bagi penyelidikan yang sistematis dari obat-obat baru.
Penemuan-penemuan baru menghasilkan lebih dari 500 macam obat setiap tahunnya, sehingga obat-obat kuno semakin terdesak oleh obat-obat baru. Kebanyakan obat-obat yang kini digunakan di temukan sekitar 20 tahun yang lalu, sedangkan obat-obat kuno di tinggalkan dan diganti dengan obat modern tersebut.
Farmakologi
Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisikanya, kegiatan fisiologi, resorpsi, dan nasibnya dalam organisme hidup. Dan untuk menyelidiki semua interaksi antara obat dan tubuh manusia khususnya, serta penggunaannya pada pengobatan penyakit disebut farmakologi klinis. Ilmu khasiat obat ini mencakup beberapa bagian yaitu :1. Farmakognosi, mempelajari pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman dan zat – zat aktifmya, begitu pula yang berasal dari mineral dan hewan.
Pada zaman obat sintetis seperti sekarang ini, peranan ilmu farmakognosi sudah sangat berkurang. Namun pada dasawarsa terakhir peranannya sebagai sumber untuk obat – obat baru berdasarkan penggunaannya secara empiris telah menjadi semakin penting. Banyak phytoterapeutika baru telah mulai digunakan lagi (Yunani ; phyto = tanaman), misalnya tingtura echinaceae (penguat daya tangkis), ekstrak Ginkoa biloba (penguat memori), bawang putih (antikolesterol), tingtur hyperici (antidepresi) dan ekstrak feverfew (Chrysantemum parthenium) sebagai obat pencegah migrain.
2. Biofarmasi, meneliti pengaruh formulasi obat terhadap efek terapeutiknya. Dengan kata lain dalam bentuk sediaan apa obat harus dibuat agar menghasilkan efek yang optimal. Ketersediaan hayati obat dalam tubuh untuk diresorpsi dan untuk melakukan efeknya juga dipelajari (farmaceutical dan biological availability). Begitu pula kesetaraan terapeutis dari sediaan yang mengandung zat aktif sama (therapeutic equivalance). Ilmu bagian ini mulai berkembang pada akhir tahun 1950an dan erat hubungannya dengan farmakokinetika.
3. Farmakokinetika, meneliti perjalanan obat mulai dari saat pemberiannya, bagaimana absorpsi dari usus, transpor dalam darah dan distrtibusinya ke tempat kerjanya dan jaringan lain. Begitu pula bagaimana perombakannya (biotransformasi) dan akhirnya ekskresinya oleh ginjal. Singkatnya farmakokinetika mempelajari segala sesuatu tindakan yang dilakukan oleh tubuh terhadap obat.
4. Farmakodinamika, mempelajari kegiatan obat terhadap organisme hidup terutama cara dan mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi, serta efek terapi yang ditimbulkannya. Singkatnya farmakodinamika mencakup semua efek yang dilakukan oleh obat terhadap tubuh.
5. Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek terapi obat barhubungan erat dengan efek toksisnya.
Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme. ( “Sola dosis facit venenum” : hanya dosis membuat racun racun, Paracelsus).
6. Farmakoterapi mempelajari penggunaan obat untuk mengobati penyakit atau gejalanya. Penggunaan ini berdasarkan atas pengetahuan tentang hubungan antara khasiat obat dan sifat fisiologi atau mikrobiologinya di satu pihak dan penyakit di pihak lain. Adakalanya berdasarkan pula atas pengalaman yang lama (dasar empiris). Phytoterapi menggunakan zat – zat dari tanaman untuk mengobati penyakit.
Obat – obat yang digunakan pada terapi dapat dibagi dalam tiga golongan besar sebagai berikut :
1. Obat farmakodinamis, yang bekerja terhadap tuan rumah dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses fisiologi atau fungsi biokimia dalam tubuh, misalnya hormon, diuretika, hipnotika, dan obat otonom.
2. Obat kemoterapeutis, dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh tuan rumah. Hendaknya obat ini memiliki kegiatan farmakodinamika yang sekecil – kecilnya terhadap organisme tuan rumah berkhasiat membunuh sebesar – besarnya terhadap sebanyak mungkin parasit (cacing, protozoa) dan mikroorganisme (bakteri dan virus). Obat – obat neoplasma (onkolitika, sitostatika, obat – obat kanker) juga dianggap termasuk golongan ini.
3. Obat diagnostik merupakan obat pembantu untuk melakukan diagnosis (pengenalan penyakit), misalnya untuk mengenal penyakit pada saluran lambung-usus digunakan barium sulfat dan untuk saluran empedu digunakan natrium propanoat dan asam iod organik lainnya.
C. Farmakope dan Nama Obat
Farmakope adalah buku resmi yang ditetapkan hukum dan memuat standarisasi obat – obat penting serta persyaratannya akan identitas, kadar kemurnian, dan sebagainya, begitu pula metode analisa dan resep sediaan farmasi. Kebanyakan negara memiliki farmakope nasionalnya dan obat – obat resmi yang dimuatnya merupakan obat dengan nilai terapi yang telah dibuktikan oleh pengalaman lama atau riset baru. Buku ini diharuskan tersedia pada setiap apotik.
Telah dikeluarkan pada tahun 1962 (jilid I) disusul dengan jilid II (1965), yang mengandung bahan – bahan galenika dan resep. Farmakope Indonesia jilid I dan II telah direvisi menjadi Farmakope Indonesia Edisi II yang mulai berlaku sejak 12 November 1972. Pada tahun 1979 terbit Farmakope Indonesia Edisi III kemudian Farmakope Indonesia Edisi IV terbit pada tahun 1996.
Sebagai pelengkap Farmakope Indonesia, telah diterbitkan pula sebuah buku persyaratan mutu obat resmi yang mencakup zat, bahan obat, dan sediaan farmasi yang banyak digunakan di Indonesia, akan tetapi tidak dimuat dalam Farmakope Indonesia. Buku ini diberi nama Ekstra Farmakope Indonesia 1974 dan telah diberlakukan sejak 1 Agustus 1974 sebagai buku persyaratan mutu obat resmi di samping Farmakope Indonesia.
Di samping kedua buku persyaratan mutu obat resmi ini, pada tahun 1996 telah diterbitkan pula sebuah buku dengan nama Formularium Indonesia, yang memuat komposisi dari beberapa ratus sediaan farmasi yang lazim diminta di minta di apotik. Buku ini sudah direvisi pula dan edisi kedua dari buku ini telah diberlakukan per 12 November 1978 dengan nama Formularium Nasional.
Obat paten atau spesialite adalah obat milik suatu perusahaan dengan nama khas yang dilindingi hukum, yaitu merk terdaftar atau proprietary name. Banyaknya obat paten dengan beraneka ragam nama yang setiap tahun dikeluakan oleh industri farmasi dan kekacauan yang diakibatkannya telah mendorong WHO untuk menyusun Daftar Obat dengan nama – nama resmi. Official atau generic name (nama generik) ini dapat digunakan disemua negara tanpa melanggar hak paten obat bersangkutan. Hampir semua farmakope sudah menyesuaikan nama obatnya dengan nama generik ini, karena nama kimia yang semula digunakan sering kali terlalu panjang dan tidak praktis. Dalam buku ini digunakan pula nama generik, untuk jelasnya di bawah ini diberikan beberapa contoh :
sejarah obat kapsul
Kapsul menjadi salah satu sediaan farmasi yang diproduksi oleh industri maupun apotek. Berdasarkan FI IV kapsul didefinisikan sebagai sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang dapat dibuat dari pati, gelatin, atau bahan lainnya yang sesuai. Berbeda dengan kapsul lunak,pembuatan kapsul keras khususnya yang berasal dari gelatin dapat dilakukan secara terpisah yakni pembuatan cangkang yang dilanjutkan dengan pengisisian serbuk obat atau minyak atsiri yang tidak mengganggu stabilitas cangkang gelatin.
Sejarah
Kapsul telah digunakan sejak abad 19. Salah satu masalah farmasis yang muncul pada abad 19 adalah rasa dan bau yang tidak enak dari obat herbal, sediaan dan pelayanan yang kurang baik bagi pasien. Banyak sediaan baru diciptakan agar obat lebih enak dikonsumsi. Sediaan yang paling diminati adalah kapsul gelatin. Kapsul gelatin pertama kali di patenkan oleh F.A.B .Mothes , mahasiswa dan Dublanc, seorang farmasis . Paten mereka diperoleh pada tahun 1834, meliputi metode untuk memproduksi kapsul gelatin yang terdiri dari satu bagian , berbentuk lonjong, ditutup dengan setetes larutan pekat gelatin panas sesudah diisi. Penggunaan kapsul gelatin ini menyebar bahkan diproduksi oleh banyak Negara di eropa dan amerika. Pembatasan penggunaan paten kapsul gelatin pada perusahaan tertentu saja, memicu dua bentuk kapsul baru. Pada tahun 1839 di Paris, Garot menciptakan produk salut lapis tipis, pil salut gelatin. Pada tahun 1846 famasis paris lainnya J.C. Lebhubby mematenkan kapsul 2 bagian yang sampai saat ini masih digunakan.
Kapsul keras yang terdiri dari satu bagian digunakan dari tahun 1830 hingga 1870. perubahan yang signifikan dipelopori oleh A. Taetz pada tahun1874 yang menyarankan inklusi gliserin saat formulasi agar kapsul lebih lunak dan dapat ditelan. Industri manufaktur yang memproduksi kapsul gelatin keras dua bagian, pertama kali didirikan oleh seorang farmasis Amerika di Detroit pada tahun 1874. he made accurate low cost molds from gauged iron rods. Duamanufaktur lainnya yang menyusul di antaranya adalah Eli Lilly pada tahun 1897dan Parke Davis pada tahun 1901. Hingga tahun 1950 manufaktur yang memproduksi kapsul keras gelatin dibatasi di USA. Dua perusahaan ini bertanggung jawab dalam penyebaran industri dan penggunaan kapsul gelatin keras di seluruh dunia.
Keunggulan Kapsul Gelatin
Kapsul gelatin memiliki banyak keunggulan dibanding sediaan obat lainnya. Kapsul gelatin tidak berbau, tidak berasa dan mudah digunakan karena saat terbasahinya oleh air liur akan segera diikuti daya bengkak dan daya larut airnya. Pengisian ke dalam kapsul disarankan untuk obat yang memiliki rasa yang tidak enak atau bau yang tidak enak. Kapsul yang dimpan dalam lingkungan yang kering menunjukkan dayha tahan dan kemantapan penyimpanan yang baik dan dengan teknologi modern, pembuatannya lebih mudah dan cepat serta ketepatan dosis lebih tinggi daripada tablet. Cara pengisian kapsul juga tidak perlu memperhitungkan adanya perubahan sifat material asalnya dan pelepasan zat aktifnya.
Selain gelatin, cangkang kapsul juga dapat dibuat dari pati dan tepung gandum dan digunakan untuk mewadahi bahan obat berbentuk serbuk. Kapsul pati ini, memiliki silinder tertutup satu muka atau mangkuk kecil (garis tengah 15-25 mm dan tinggi 10 mm). Walaupun tercantum dalam farmakope, tapi peranannya sampai saat ini tidak ada.
Apabila diambil kesimpulan maka kelebihan dari kapsul adalah :
1. Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi
2. Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak
3. Tepat untuk Obat yang teroksidasi dan mempunyai bau dan rasa yang tidak enak
4. Bentuk Kapsul Mudah ditelan dibanding bentuk tablet
Sabtu, 15 Maret 2014
jenis narkoba{kokain]
Mempunyai 2 bentuk yakni bentuk asam (kokain hidroklorida) dan bentuk basa (free base). Kokain asam berupa kristal putih, rasa sedikit pahit dan lebih mudah larut dibanding bentuk basa bebas yang tidak berbau dan rasanya pahit. Nama jalanan kadang disebut koka, coke, happy dust, snow, charlie, srepet, salju, putih. Disalahgunakan dengan cara menghirup yaitu membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus di atas permukaan kaca dan benda yang mempunyai permukaan datar. Kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot atau gulungan kertas. Cara lain adalah dibakar bersama tembakau yang sering disebut cocopuff. Menghirup kokain berisiko luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam.
- Menimbulkan keriangan, kegembiraan yang berlebihan (ecstasy).
- Hasutan (agitasi), kegelisahan, kewaspadaan dan dorongan seks.
- Penggunaan jangka panjang mengurangi berat badan.
- Timbul masalah kulit.
- Kejang-kejang, kesulitan bernafas.
- Sering mengeluarkan dahak atau lendir.
- Merokok kokain merusak paru (emfisema).
- Memperlambat pencernaan dan menutupi selera makan.
- Paranoid.
- Merasa seperti ada kutu yang merambat di atas kulit (cocaine bugs).
- Gangguan penglihatan (snow light).
- Kebingungan (konfusi).
- Bicara seperti menelan (slurred speech).
kesehatan laingkungan
Pengertian kesehatan lingkungan yaitu suatu keadaan
lingkungan yang mampu untuk menopang keseimbangan ekologi yang dinamis
antar
manusia dengan lingkungan demi tercapainya realita hidup
manusia yang sehat, bahagia dan sejahtera. Upaya untuk mempelajari ilmu
kesehatan lingkungan adalah sebuah usaha untuk memberi
perlindungan pada kesehatan manusia melalui pengawasan, pengelolaan
serta pencegahan terhadap faktor-faktor lingkungan yang bisa mengganggu
kesehatan
manusia.
Tiap peralihan musim, terlebih saat musim kemarau ke musim hujan, kita seringkali menyaksikan beragam masalah kesehatan yang melanda tanah air, termasuk yang sering terjadi yaitu wabah demam berdarah (dengue fever). Beberapa masalah ini baik langsung ataupn tak langsung berkaitan dengan Global Enviromental Change (GEC)atau disebut perubahan lingkungan global. Kesehatan Populasi manusia, bila ditinjau dengan mendasar, berkaitan terhadap kondisi sosial serta lingkungan. Sedangkan selama berabad-abad manusia telah memperoleh banyak keuntungan namun juga kerugian dari dampak perubahan yang mereka lakukan pada lingkungan di sekitar. Sepertinya serangan beragam wabah penyakit menuntun kita untuk dapat lebih arif dalam memperhatikan serta memberlakukan lingkungan sekelilingnya. Untuk para peneliti, keadaan ini tentu jadi tantangan ilmiah dan sekaligus jadi tantangan kemanusian, hingga sejauh mana aktifitas penelitian dapat menjawab masalah kesehatan masyarakat, satu masalah nyata yang dihadapi oleh bangsa Indonesia kini.
Seperti telah diketahui bersama, akhir-akhir ini permasalahan mengenai global change mulai banyak diangkat. Beragam perubahan sosial, budaya, teknologi, ekonomi serta politik mengharuskan adanya jalinan hubungan antara masyarakat manusia di seluruh dunia. Fenomena ini dirangkum pada terminologi globalitation. Di tengah riuh rendahnya globalisasi inilah timbul wacana GEC. GEC sendiri merupakan perubahan dalam skala besar pada sistem biofisik serta ekologi yang diakibatan aktifitas dari manusia. Perubahan ini berkaitan erat dengan sistem penunjang kehidupan bumi (Life Support Sistem). Hal ini terjadi dengan proses historys yang panjanserta melupakan agregasi pengaruh kehidupan manusia pada lingkungan, yang tergambar dalam angka populasi yang semakin mengalami peningkatan, aktifitas ekonomi, serta pilihan teknologi untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Ketika ini pengaruh serta beban pada lingkungan hidup begitu besar jadi mulai terasa adanya gangguan ganguan pada sistem bumi.
GEC yang muncul seiring dengan tekanan besar yang dilakukan oleh manusia pada sistem alam lingkungan sekitar, menghadirkan beragam macam resiko kesehatan serta kesejahteraan bagi seluruh manusia. Efek alami rumah kaca (Green House) yang menyebabkan mencegah bumi terhadap pendinginan alami (Frezing). Pada abad ke-20 ini, suhu rata-rata permukaan bumi semakin meningkat hingga sekitar 0,6 derajat celsius serta 2/3 pemanasan ini terjadi sedari tahun 1975. GEC yang juga penting lainnya yaitu semakin menipisnya lapisan ozon, hilangnya ke anekaragam an hayati (Biodifersiti), degradasi kuwalitas lahan, penangkapan ikan melebihi batas (Ofer Fising), terputusnya siklus unsur penting seperti Sulfur, Nitrogen, dan Fospor. Semakin berkurangnya suplay air bersih, urbanisasi serta penyebaran global beragam polutan organik. Dilihat kaca mata kesehatan, hal-hal terseut menandakanan kalau kesehatan umat manusia begitu dipengaruhi oleh beragam faktor yang terjadi diluar batas kemampuan serta daya dukung ruang lingkungan di mana manusia itu hidup.
Tiap peralihan musim, terlebih saat musim kemarau ke musim hujan, kita seringkali menyaksikan beragam masalah kesehatan yang melanda tanah air, termasuk yang sering terjadi yaitu wabah demam berdarah (dengue fever). Beberapa masalah ini baik langsung ataupn tak langsung berkaitan dengan Global Enviromental Change (GEC)atau disebut perubahan lingkungan global. Kesehatan Populasi manusia, bila ditinjau dengan mendasar, berkaitan terhadap kondisi sosial serta lingkungan. Sedangkan selama berabad-abad manusia telah memperoleh banyak keuntungan namun juga kerugian dari dampak perubahan yang mereka lakukan pada lingkungan di sekitar. Sepertinya serangan beragam wabah penyakit menuntun kita untuk dapat lebih arif dalam memperhatikan serta memberlakukan lingkungan sekelilingnya. Untuk para peneliti, keadaan ini tentu jadi tantangan ilmiah dan sekaligus jadi tantangan kemanusian, hingga sejauh mana aktifitas penelitian dapat menjawab masalah kesehatan masyarakat, satu masalah nyata yang dihadapi oleh bangsa Indonesia kini.
Seperti telah diketahui bersama, akhir-akhir ini permasalahan mengenai global change mulai banyak diangkat. Beragam perubahan sosial, budaya, teknologi, ekonomi serta politik mengharuskan adanya jalinan hubungan antara masyarakat manusia di seluruh dunia. Fenomena ini dirangkum pada terminologi globalitation. Di tengah riuh rendahnya globalisasi inilah timbul wacana GEC. GEC sendiri merupakan perubahan dalam skala besar pada sistem biofisik serta ekologi yang diakibatan aktifitas dari manusia. Perubahan ini berkaitan erat dengan sistem penunjang kehidupan bumi (Life Support Sistem). Hal ini terjadi dengan proses historys yang panjanserta melupakan agregasi pengaruh kehidupan manusia pada lingkungan, yang tergambar dalam angka populasi yang semakin mengalami peningkatan, aktifitas ekonomi, serta pilihan teknologi untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Ketika ini pengaruh serta beban pada lingkungan hidup begitu besar jadi mulai terasa adanya gangguan ganguan pada sistem bumi.
GEC yang muncul seiring dengan tekanan besar yang dilakukan oleh manusia pada sistem alam lingkungan sekitar, menghadirkan beragam macam resiko kesehatan serta kesejahteraan bagi seluruh manusia. Efek alami rumah kaca (Green House) yang menyebabkan mencegah bumi terhadap pendinginan alami (Frezing). Pada abad ke-20 ini, suhu rata-rata permukaan bumi semakin meningkat hingga sekitar 0,6 derajat celsius serta 2/3 pemanasan ini terjadi sedari tahun 1975. GEC yang juga penting lainnya yaitu semakin menipisnya lapisan ozon, hilangnya ke anekaragam an hayati (Biodifersiti), degradasi kuwalitas lahan, penangkapan ikan melebihi batas (Ofer Fising), terputusnya siklus unsur penting seperti Sulfur, Nitrogen, dan Fospor. Semakin berkurangnya suplay air bersih, urbanisasi serta penyebaran global beragam polutan organik. Dilihat kaca mata kesehatan, hal-hal terseut menandakanan kalau kesehatan umat manusia begitu dipengaruhi oleh beragam faktor yang terjadi diluar batas kemampuan serta daya dukung ruang lingkungan di mana manusia itu hidup.
Langganan:
Postingan (Atom)